Sabtu, 09 April 2011

Autism

Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun 1943 (Handoyo, 2004:12; Hidayat, 2006:1). Saat itu Leo Kanner (1943) dalam Safaria (2005:1) mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat dan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkunganya.
Seorang anak dapat dikatakan termasuk autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek, yakni hambatan dalam interaksi sosial-emosional, dalam komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan, gejala-gejala tersebut sudah terlihat sebelum usia 3 tahun (Siegel, 1996:16; Moetrasi, 2000:2; Pusponegoro, 2003:2; Hidayat, 2006;2; Erlani, 2007:6). Ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dan harus secara ketat dalam penerapannya, agar tidak sembarangan dalam menentukan apakah seorang anak itu termasuk kategori anak autis atau bukan.
Komunikasi merupakan suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain. Tujuan komunikasi adalah untuk mengungkapkan keinginannya, mengekspresikan perasaan, dan bertukar informasi. Tetapi hal ini sulit dilakukan oleh anak penyandang autisme sehingga membuat orang tua mengeluh dan semakin khawatir akan perkembangan/kemampuan komunikasi anaknya.
Gangguan komunikasi pada anak autisme ditandai dengan tidak adanya kontak mata saat berbicara, terlambatnya bicara atau sama sekali belum dapat bicara (gangguan komunikasi verbal/nonverbal). Terlambatnya bicara berhubungan dengan kemampuan anak untuk menyampaikan kebutuhannya sehingga membuat anak mudah frustrasi, kesepian, dan dapat menunjukkan gangguan perilaku karena kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi oleh lingkungan.
Pemahaman terhadap bahasa dan kemampuan untuk berkomunikasi dua arah lebih penting daripada hanya dapat berkomunikasi tanpa memahami apa yang diucapkan anak atau yang diucapkan oleh orang lain. Untuk itu kita harus mempunyai strategi dalam berkomunikasi dengan anak autisme agar mereka dapat memahami komunikasi dua arah. Anak autisme memiliki kemampuan yang menonjol di bidang visual daripada materi yang dipelajari hanya dengan ucapan saja. Visual dapat lebih membantu anak dalam memahami pesan yang disampaikan oleh dirinya atau orang lain.

Penyebab sulit bicara
ü  Masalah pada otot tubuh (susah menggerakkan otot secara cepat dan kuat)
ü  Kurang banyak diajak berinteraksi (dibiarkan asik sendiri, dilayani penuh)
ü  Belajar beberapa bahasa sekaligus
ü  Kecemasan untuk berbicara (takut salah, tidak berani kontak mata)
ü  Susah mengerti bahasa
ü  Pengajaran bahasa yang kurang tepat (terlalu banyak bdiberi perintah, penggunaan bahasa tidak konsisten)

Bicara vs Komunikasi
ü  Anak yang bisa berbicara dan bernyanyi BELUM TENTU bisa berkomunikasi dengan baik
ü  Dalam komunikasi dibutuhkan kemampuan mengirimkan pesan, memahami pesan dari orang lain, memberikan jawaban yang tepat
ü  Komunikasi pada anak autis tidak harus selalu melibatkan bahasa verbal, tapi bisa dengan bahasa isyarat, gambar, dan tulisan

Ekolalia (mengulang kata/kalimat)
Banyak anak autis yang tidak tahu bahwa bicara gunanya untuk komunikasi. Mereka lebih banyak berbicara pada diri sendiri.
Ekolalia sebenarnya berguna bagi anak misalnya menimbulkan perasaan senang menenangkan diri dan memblokir suara-suara bising dari luar membantu mengerti ucapan orang lain

Tahapan komunikasi anak autis

1.      The Own Agenda Stage
ü  Asik dengan dirinya sendiri Belum tahu bahwa komunikasi dapat mempengaruhi orang lain
ü  Mengambil sendiri makanan/benda-benda
ü  Interaksi hanya dengan orangtua/pengasuh
ü  Belum dapat bermain dengan benar
ü  Menangis/berteriak bila terganggu

2.      The Requester Stage
ü  Sadar bahwa tingkahlakunya mempengaruhi orang lain
ü  Menarik tangan bila ingin sesuatu
ü  Menyukai kegiatan fisik
ü  Mengulangi kata/suara untuk diri sendiri
ü  Dapat mengikuti perintah sederhana
ü  Memahami rutinitas sehari-hari

3.      The Early Communication Stage
ü  Komunikasi dengan gesture, suara, gambar
ü  Menggunakan bentuk komunikasi tertentu secara konsisten
ü  Komunikasi untuk pemenuhan kebutuhan
ü  Memahami kalimat sederhana
ü  Dapat belajar menjawab pertanyaan "Apa ini/itu?", mengenal konsep "Ya/Tidak"

4.      The Partner Stage
ü  Mulai melakukan percakapan sederhana
ü  Menceritakan pengalaman masa lalu dan keinginan yang belum terpenuhi
ü  Masih terpaku pada kalimat yang dihafalkan
ü  Bagi anak non-verbal, mampu menyusun kalimat dengan gambar atau tulisan
ü  Masih mengalami k












                                                                                                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar