Jumat, 18 Maret 2011

Bacillus Calmette Guerrin

BCG
IMUNISASI BCG
A. Pengertian
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
B. Tujuan
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
C. Jenis-jenis Imunisasi
Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.
jenis-jenis imunisasi diantaranya imunisasi BCG, Polio, DPT, Hepatitis B, Campak, DPT/Hb combo, DT, TT
D. Tehnik Pemberian Imunisasi
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.

IMUNISASI BCG
• Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
• Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
• Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
• Waktu Pemberian :
Umur < 3 bulan, dengan pemberian hanya sekali dan cara pemberian yankni dengan sunik IC (Intramuscullar)
Visi, Misi, dan tujuan pemberian imunisasi BCG
Visi
Tuberculosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Misi
- Menetapkan kebijakan , panduan , membuat evaluasi secara tepat, benar, lengkap
- Kemitraan dan transparansi upaya penanggulangan penyakat TB
- Mempermudah akses pelayanan sesuai dengan standar mutu tujuan
Tujuan
Jangka panjang ; menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TB.
Jangka pendek: - angka kesembuhan minimal 85%
- cakupan penemuan 70 %
A. Penggunaan Vaksin BCG untuk Pencegahan Tuberculosis
Tuberculosis atau lebih sering disebut dengan TBC adalah infeksi kronis bakteri yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar orang yang terinfeksi oleh bakteri tuberculosis menderita TBC tanpa mengalami gejala, hal ini yang disebut dengan latent tuberculosis. Jika daya tahan tubuh mengalami penurunan karena usia, malnutrisi, infeksi seperti HIV, atau karena faktor lain, bakteri akan aktif dan menyebabkan active tuberculosis.
Berdasarkan data WHO, setiap tahun, sekitar 8 juta orang di seluruh dunia mengalami active tuberculosis dan hampir 2 juta diantaranya meninggal dunia.
TBC seperti telah disebutkan sebelumnya disebabkan oleh bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru. Akan tetapi, bakteri tuberculosis juga dapat menyerang bagian lain tubuh seperti ginjal, spine, dan otak.
TBC menyebar melalui udara dari satu orang ke orang lainnya. Bakteri tuberculosis terdapat pada udara ketika orang dengan active tuberculosis mengalami batuk atau bersin. Orang-orang yang ada di sekitarnya mungkin menghirup udara yang mengandung bakteri ini dan selanjutnya menjadi terinfeksi.
Pada orang yang terinfeksi oleh bakteri tuberculosis, secara alamiah tubuh memiliki mekanisme pertahanan untuk melawan perkembangan bakteri. Akibatnya bakteri menjadi inaktif, tetapi masih tetap tinggal di dalam tubuh. Inilah yang disebut dengan latent tuberculosis. Pasien yang mengalami latent tuberculosis memiliki ciri-ciri:
1. Tidak mengalami gejala TBC.
2. Tidak merasa sakit.
3. Tidak dapat menyebarkan bakteri tuberculosis.
4. Biasanya pada PPD test (tuberculosis skin test reaction) memberikan hasil positif.
5. Pada beberapa kasus, dapat mengalami perkembangan menjadi active tuberculosis jika tidak menerima terapi.
Apabila pasien yang tidak menerima pengobatan, mengalami penurunan daya tahan tubuh maka latent tuberculosis akan berkembang menjadi active tuberculosis. Active tuberculosis adalah kondisi di mana sistem imun tubuh tidak mampu untuk melawan bakteri tuberculosis yang terdapat dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi terutama pada bagian paru-paru. Gejala untuk active tuberculosis meliputi :
1. Batuk berkepanjangan selama 3 minggu atau lebih.
2. Nyeri pada bagian dada.
3. Batuk berdahak atau berdarah.
4. Penurunan berat badan.
5. Demam, menggigil, dan berkeringat pada malam hari.
6. Kelelahan dan kehilangan selera makan.
Diagnosis untuk TBC dapat dilakukan dengan Tuberculin test dan Uji mikrobiologi.
Sasaran untuk terapi TBC adalah pada bakteri Mycobaterium tuberculosis dan pada sistem imun tubuh. Tujuan terapi untuk TBC adalah sedapat mungkin bersifat preventif atau pencegahan timbulnya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan bila telah terjadi infeksi maka menghilangkan gejala TBC, mencegah keparahan, dan sembuh. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk terapi TBC adalah :
1. Penggunaan vaksin BCG (bacille Calmette -Guerin).
2. Pengobatan pada pasien latent tuberculosis.
3. Pengobatan pada pasien active tuberculosis dengan menggunakan antibiotik (isoniazid, rifampin, dsb) selama kurang lebih 6 bulan.

Selanjutnya yang akan dibahas lebih lanjut adalah tentang penggunaan vaksin BCG untuk pencegahan TBC.
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan (bakteri, virus, atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang menular. Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin1 yang mengandung kultur strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC dan telah digunakan sejak tahun 1921. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 – 80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active tuberculosis dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak-anak yang hasil uji tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampin. Selain itu, vaksin BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.
Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa suspensi. Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 – 8oC serta terlindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal. Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk infants atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg).
2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 ml (0,1mg).
Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 – 15 tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak umumnya dilakukan pada usia 12 -15 tahun.
Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan pada kulit seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain (perlu ada interval waktu setidaknya 3 minggu). Vaksin BCG juga tidak diberikan untuk :
1. Pasien dengan gangguan imunitas (immunosuppressed) seperti pasien HIV, pasien yang mengkonsumsi obat-obat kortikosteroid (immunosuppressan), atau baru saja menerima transplantasi organ.
2. Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang menunjukkan efek bahaya dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita hamil dan menyusui.
Pemberian vaksin BCG dikatakan berhasil jika memiliki ciri sebagai berikut:
Suntikan BCG yang benar adalah yang ditanam di kulit, tidak dalam, dan tidak masuk ke otot seperti halnya suntikan DPT (pada IC). Setelah disuntik, permukaan kulit yang menjadi lokasi suntikan akan melendung/membengkak karena suntikannya menyusur kulit itu.
Dua bulan kemudian, di bekas suntikan tersebut terjadi luka kecil yang melendung dan kadang bernanah. Itu pertanda bahwa vaksin BCG-nya "jadi" dan luka itu nantinya akan mengering menjadi bentol kecil. Jadi, ciri imunisasi BCG yang berhasil ada dua, yaitu kulit yang melendung jika penyuntikan dilakukan dengan benar dan terjadinya luka kecil dua bulan kemudian jika vaksinnya mencapai sasaran.
Sesuai konsensus nasional, agar mudah dilihat apakah seorang anak pernah atau belum diimunisasi BCG, maka suntikan ini umumnya dilakukan di lengan atas sebelah kanan.

bila suntikan BCG tidak berbekas, Mungkin kualitas vaksinnya tak bagus atau tubuh anak tak bereaksi. Pada anak yang mengalami kurang gizi, suntikan BCG ini tak akan "jadi" karena daya tahan tubuhnya kurang bagus. Anak yang kurang gizi biasanya tak akan memberi reaksi terhadap vaksinasi apa pun. Agar berhasil, vaksinasi hanya bisa diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh baik. Kalau gizi atau daya tahan tubuhnya jelek, maka tubuhnya tak mampu membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan untuk membuat zat anti.

Cara penyuntikan BCG

• Bersihkan lengan dengan kapas air

• Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas.

• Suntikan 0,05 ml intra kutan

Beberapa reaksi yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG antara lain:
• Nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada saat injeksi.
• Kelebihan dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin positif.
• Sakit kepala, demam, dan timbul reaksi alergi
Beberapa contoh vaksin BCG yang tersedia di Indonesia adalah : Vaksin BCG kering (Bio Farma) dan BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark).
1 Attenuated vaksin : vaksin yang disiapkan dari mikroorganisme atau virus hidup yang dibiakkan di bawah kondisi yang tidak sesuai agar kehilangan virulensinya tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk menginduksi kekebalan.












DAFTAR PUSTAKA


Soetjiningsih, dr, spAK . 1995 . Tumbuh Kembang Anak . Denpasar ; Penerbit Buku Kedokteran
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
http://www.opera.com/imunisasi+BCG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar