Sabtu, 04 Juni 2011

ADHD dan Autis

 
1.      ADHD
(Attention Defisit Hyperactivity Disorder)

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dimana dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di amerika penelitian menunjukan kejadian ADHD mencapai hingga 7 %
Patogenesis
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme).

1. Faktor lingkungan/psikososial
a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.

2. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin(D2 dan D4) pada kromosom 11p.

3. Gangguan otak dan metabolisme
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak.
b. Pengurangan volume serebrum.
c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit.

Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamin dan epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki risiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.

Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD
Gejala Klinis
Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri  gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak.
                                      
3 Gejala Utama ADHD
1. Inatensi
Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).

2. Hiperaktif
Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.

3. Impulsive
Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti,
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

 Gejala-gejala Lain
4. Sikap menentang
seperti,
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).

5. Cemas
seperti,
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.

6. Problem sosial
seperti,
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.

Riwayat yang Diduga ADHD
1. Masa baby – infant
- Anak serba sulit
- Menjengkelkan
- Sulit tenang
- Sulit tidur
- Tidak ada nafsu makan

 2. Masa prasekolah
- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Tidak pernah merasa puas
- Suka menjengkelkan
- Tidak bisa diam
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan

3. Usia sekolah
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit memfokuskan perhatian

4. Adolescent
- Tidak dapat tenang
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan

 Tatalaksana
Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah,

·        Terapi Obat-obatan
Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendali, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, dan clonidine
·        Terapi nutrisi dan diet
Keseimbangan diet karbohidrat protein
·        Terapi biomedis
·        Terapi behaviour
Terapi cognitive behaviour untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi skill dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.

2.      Autisme

Autis berasal dari bahasa yunani autos yang berarti sendiri.Bila kita amati anak autis memang terlihat anak tersebut seolah – olah asyik dengan dunianya sendiri, Dia acuh sekali terhadap dunia sekitarnya. Istilah autism diperkenalkan oleh leo kenner pada tahun 1943, tetapi dari berbagai bukti yang ada diketahui bahwa kelainan tersebut sudah ada sejak lama,hanya istilah autism yang relatif baru dipakai.
            Autis merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive ( Inco ) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, komunikasi, dan gangguan interaksi social. Gejala – gejala autisme muncul sebelum usia 3 tahun. Gejala – gejala yang nampak bisa sangat bervariasi dari yang ringan sampai berat kombinasinya sangat kompleks.
            Autisme dapat terjadi pada siapa saja tidak dipengarui oleh adanya perbedaan ras,etnik,sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Pada zaman dahulu autis sering dianggap kelainan seumur hidup,tetapi sekarang anggapan tersebut terbukti tidak benar,karena apabila penderita autisme terdeteksi sejak dini kemudian dilakukan penanganan secara cepat dan tepat maka kemungkinan besar akan berhasil dengan baik.
            Autisme disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
1. Teori Psikososial
Beberapa ahli menganggap autisme sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua antara ibu dan anak. Sudah banyak bantahan mengenai teori ini sehingga jarang digunakan sebagai landasan teori.
2. Teori Biologis
-  factor genetic
- prenatal, natal dan postnatal
- Neuroanatomi
- struktur dan biokimiawi yaitu kelainan pada cerrebllum ( Otak kecil)
3. Immunologi
Yaitu antibody pada ibu yang bisa jadi penyebab timbulnya autisme.
4. Infeksi virus ( rubella, herpest simplex, encephalitis dan cytiomegaiovirus )
5. Keracunan logam berat, misalnya timbal yang disebabkan oleh asap knalpot, asap pabrik.
6. gangguan percernaan
Dr. Kenneth Bock mengatakan bahwa pasien autis lebih dalam kadar mercury, cadmium, lead, arsenic dan tin. “He had elevated levels of not only mercury but cadmium, lead, arsenic and tin,” said Bock. “There may be a subset of children that are more susceptible to mercury and therefore react this way in terms of the autism spectrum.”. Dr. Bock juga mengatakan pasien autis dapat di terapi dengan spesial diet, penambahan supplement dan pembuangan racun. “Dr. Kenneth Bock believes that autism can be effectively treated through special diets, nutritional supplements and removal of toxins.  Bock tested Paul’s urine and found elevated mercury levels.”
Gejala – gejala pada autisme mencakup ganggguan pada :
1. gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal
                                     
• Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
• Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet
• Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai
• Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
• Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata – katanya tanpa mengerti artinya
• Kadang bicara monoton seperti robot
• Mimik muka datar
• Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat
2. gangguan pada bidang interaksi sosial

• Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
• anak mengalami ketulian
• Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
• Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang
• Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
• Bila didekati untuk bermain justru menjauh
• Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
• Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun
• Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya
3. gangguan pada bidang perilaku dan bermain

• Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam
• Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh
• Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar
• Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana
• Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak
• Perilaku ritualistik sering terjadi
• Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat – lompat, berputar – putar, memukul benda berulang – ulang
• Dapat juga anak terlalu diam
 4.gangguan pada bidang perasaan dan emosi

• Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya
• Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata
• Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif
5. gangguan dalam persepsi sensoris

• Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja
• Bila mendengar suara keras langsung menutup mata
• Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan
• Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu
 Program Intervensi Dini

1. Discrete Trial Training dari Lovaas:
Merupakan produk dari Lovaas dkk pada Young Autistikm Project di UCLA USA, walaupun kontroversial, namun mempunyai peran dalam pembelajaran dan hasil yang optimal pada anak-anak penyandang autistik. Program Lovaas (Program DTT) didasari oleh model perilaku kondisioning operant (Operant Conditioning) yang merupakan faktor utama dari program intensive DTT. Pengertian dari Applied Behavioral Analysis (ABA), implementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip dan tehnik yang membentuk teori pembelajaran perilaku (behavioral learning), adalah suatu hal yang penting dalam memahami teori perilaku Lovaas ini.
                                                                                      
Teori pembelajaran perilaku (behavioral learning) didasari oleh 3 hal:

· Perilaku secara konseptual meliputi 3 term penting yaitu  antecedents/perilaku yang lalu, perilaku, dan konsekwensi.
· Stimulus antecendent dan konsekwensi sebelumnya akan berefek pada reaksi perilaku yang muncul.
· Efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap antecendent dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan reinforcement yang positif sebagai kunci dalam merubah perilaku. Sehingga perilaku yang baik dapat terus dilakukan, sedangkan perilaku buruk dihilangkan (melalui time
out, hukuman, atau dengan kata 'tidak').
 Dalam teknisnya, DTT terdiri dari 4 bagian yaitu:

- stimuli dari guru agar anak berespons
- respon anak
- konsekwensi
- berhenti sejenak,dilanjutkan dengan perintah selanjutnya

2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Program for preschooler and parents)
Intervensi LEAP menggabungkan Developmentally Appropriate Practice (DAP) dan tehnik ABA dalam sebuah program inklusi dimana beberapa teori pembelajaran yang berbeda digabungkan untuk membentuk sebuah kerangka konsep. Meskipun metoda Ini menerima berbagai kelebihan dan kekurangan pada anak-anak
penyandang autistik, titik berat utama dari teori dan implementasi praktis yang mendasari program ini adalah perkembangan sosial anak. Oleh sebab itu, dalam penerapan ini teori autistik memusatkan diri pada central social deficit. Melalui beragamnya pengaruh teoritis yang diperolehnya, model LEAP menggunakan teknik pengajaran reinforcement dan kontrol stimulus.
 Prinsip yang mendasarinya adalah :

1. Semua anak mendapat keuntungan dari lingkungan yang terpadu
2. Anak penyandang autistik semakin membaik jika intervensi berlangsung konsisten baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat
3. Keberhasilan semakin besar jika orang tua dan guru bekerja bersama-sama
4. Anak penyandang autistik bisa saling belajar dari teman-teman sebaya
mereka
5. Intervensi haruslah terancang, sistematis, individual
6. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan yang normal akan mendapat keuntungan dari kegiatan yang mencerminkan DAP.

Kerangka konsep DAP berdasarkan teori perilaku, prinsip DAP dan inklusi.

3. Floor Time:
Pendekatan Floor Time berdasarkan pada teori perkembangan interaktif yang mengatakan bahwa perkembangan ketrampilan kognitif dalam 4 atau 5 tahun pertama kehidupan didasarkan pada emosi dan relationship (Greenspan & Wieder 1997). Jadi hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen utama dalam teori dan praktek model ini.
Greenspan dkk mengembangkan suatu pendekatan perkembangan terintegrasi untuk intervensi anak yang mempunyai kesulitan besar (severe) dalam berhubungan (relationship) dan berkomunikasi, dan tehnik intervensi interaktif yang sistematik inilah yang disebut Floor Time. Kerangka konsep program ini diantaranya:

- pentingnya relationship
- enam acuan (milestone) sosial yang spesifik
- teori hipotetikal tentang autistik

4. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children)

Divisi TEACCH merupakan program nasional di North Carolina USA, yang melayani anak penyandang autistik, dan diakui secara internasional sebagai sistem pelayanan yang tidak terikat/bebas. Dibandingkan dengan ketiga program yang telah dibicarakan, program TEACCH menyediakan pelayanan yang berkesinambungan untuk individu, keluarga dan lembaga pelayanan untuk anak penyandang autistik. Penanganan dalam program ini termasuk diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjangan hidup dan tenaga kerja, dan berbagai pelayanan lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang spesifik. Para terapis dalam program TEACCH harus memiliki pengetahuan dalam berbagai bidang termasuk, speech pathology, lembaga kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan luar biasa dan psikologi. Konsep pembelajaran dari model TEACCh berdasarkan tingkah laku, perkembangan dan dari sudut pandang teori ekologi, yang berhubungan erat dengan teori dasar autisme.

Rabu, 11 Mei 2011

Cara Belajar Cepat (CBC)

CBC merupakan saripati pekerjaan berpuluh-puluh tahun, yang mengkristalkan sejumlah penelitian rintisan mulai dari penelitian psikiater pendidikan berkebangsaan Bulgaria, Dr. Georgi Laanov hingga penelitian seorang pendidik di Havard , Dr. Howard Gardner. Riset ini menggambarkan studi-studi dari para penerima hadiah nobel seperti pakar ilmu saraf Roger Sperry dan pakar biologi saraf Gerald Edelman . dan penelitian itujuga mempertimbangkan pengalaman-pengalaman praktisdari para guru yang inovatif, dosen perguruan tinggi, pelatih perusahaan, dan wirausahawan yang mampu menangkap visi ini.
Para individu dari setiap jalan hidup, golongan, dan disiplin ilmu telah bangkit menghadapi tantangan untuk memastikan bahwa otak manusia sedang bangun karena momentum perubahan yang bertekanan tinggi. Apa  yang kita lakukan hanyalah menggabungkan semua penelitian itu dan membuat rencana tindakan yang praktis dan mudah diikuti.
Dua keterampilan, yaitu belajar cepat dan berpikir jernih merupakan keterampilan personal kunci untuk dapat hidup layak di abad ke-21. kedua keterampilan itu akan menghasilkan menghasilkan kemandirian dan kepercayaan diri. Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengelola cara belajar sejak dini, untuk menguasai volume informasi yang cukup besar, melihat signifikansinya yang sebenarnya, dan untuk mengetahui bagaimana menggunakan informasi itu untuk melahirkan produk-produk dan jawaban-jawaban kreatif terhadap berbagai masalah. Keterampilan tersebut perlu dan penting untuk diajarkan disetiap rumah, sekolah, dan organisasi.
                  Salah satu alas an mengapa anak-anak bisa belajar dengan begitu baik adalah bahwa mereka belum mengembangkan prakonsepsi bagimana mereka seharusnya belajar. Mereka juga belum mengembangkan anggapan bahwa bermain dan bekerja adalah kegiatan yang masing-masing berdiri sendiri.bbermain adalah bagfian penting dari pengalaman belajar . ketika kita senang dan menikmati belajar, kita akan belajar lebih baik.



      Bagaimana kita menjadikan belajar itu menyenangkan dan berhasil?caranya antara lain:
  1. menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks)- lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan , namun harapan untuk sukses tinggi.
  2. menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan – anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya subjek pelajaran itu.
  3. menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif-pada umumnya ketika belajar dilakukan bersama dengan orang lain , ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda teratur, dan dukungan antusias.
  4. melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kanan dan otak kiri.
  5. menantang otak anda untuk dapat berpikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa yang yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subjuk pelajaran
  6. dan mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari –dengan meninjau ulang dalam periode-periode waspada relaks.

Semua langkah diatas dimasukkan dalam program CBC. Akan tetapi, tidak jadi soal betapa menyenangkan  atau merangsangnya proses belajar itu, namun yang juga sangat pentingn dilakukan adalah rencana yang padu, langkah-demi-langkah.
“Struktur”metode CBC dibagi menjadi enam langkah dasar. Keenam langkah itu dapat diingatdengan mudah dengan menggunakan singkatan M – A – S – T – E – R sebuah kata yang diciptakan oleh pelatih terkemuka CBC jayne Nicholl, penulis Open Sesame

1.      Motivating your mind
2.      acquiring the Information
3.      Searching out the meaning
4.      Triggering the memori
5.      Exhibiting what you know
6.      Reflecting how you have learned

PERBEDAAN KARAKTER PRIA DAN WANITA

bahwa ada perbedaan-perbedaan yang penting dalam karakter pria dan wanita, hal ini diakui orang sejak beribu-ribu tahun yang lalu. baik ahli-ahli pemikir maupun buku-buku agama memaparkan hal ini. orang pun tidak pernah berkata, bahwa secara fisis maupun psikis wanita itu sama dengan orang laki-laki.
dalam abad ke-19, terutama dibawah pengaruh gerakan –gerakan wanita yang secara sadar dan teratur memperjuangkan hak-hak persamaan atau emansipasi , orang berusaha untuk menghilangkan perbedaan yang hakiki antara wanita dan laki-laki ini terutama dalam usaha memperjuangkan hak-hak dan kewajiban bagi wanita sebagai manusia yang berderajat sama dengan laki-laki, dan sama kedudukannya sebagai warga Negara. namun betapapun kuat pergerakan feminim ini. orang toh meyakini adanya perbedaan-perbedaan yang fundamental diantara hakekat dan sifat-sifat wanita dan pria. perbedaan – perbedaan itu antara lain ditunjukkan oleh kejadian-kejadian sebagai berikut
1.      betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita itu , namun pada intinya hamper-hampir dia tidak pernah mempuyai interest yang menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti kaum laki-laki. hal ini bergantung pada struktur otaknya.
2.      kaum wanita lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis. sedangkan laki-laki lebih tertarik pada segi-segi kejiwaan yang bersifat abstrak teoritis dari kehidupan ini, yang dianggap menjadi bagian dari kehidupannya sendiri
3.      wanita itu pada umumnya sangat bergairah, sangat vivid penuh vitalitas hidup. sering memiliki sifat-sifat keremajaan , dan pada banyak hal wanita itu berdiri lebih dekat pada anaknya. oleh karena itu sangat tepatlah ia ditugaskan sebagai pembimbing dan pendidik anaknya. tepat juga untuk teman bergaul bagi kaum pria, karena kaum pria itu selalu tertarik pada keremajaan dan kesegaran sifat-sifat kewanitaan ini.
4.      wanita itu pada hakekatnya lebih hetero sentries, lebih menonjolkan sifat kesosialanya. sesuai dengan kodrat alaminya, wanita itu lebih banyak tertarik pada kehidupan orang lain.
5.      pada banyak segi wanita menganggap orang laki-laki atau suaminya sebagai anaknya, yang harus dibimbingnya. hati wanita itu selalu terbuka bagi orang lain , dan mudah menerima orang lain. oleh karena itu ia menjadi “pelabuhan yang teduh yang terpercaya”. karena itu wanita cenderung mengadakan relasi pribadi dengan orang lain dan memberikan hatinya yang penuh belas kasih dan bimbingan, maka tepatlah apabila dirinya disebut lembaga pertama dari cinta-kasih.
6.      wanita sanggup menyerahkan segenap kepribadianya pada pihak lain, rela mengarahkan dirinya secara total pada pihak lain. inilah merupakan segi kekuatan dan kebahagiaannya yang maha besar, tetapi sering juga menjadi tragedy hidupnya. sedangkan kaum laki-laki tidak pernah secara utuh menyerahkan diri dan pribadinya pada pihhak lain. paling maksimum ia akan mau menyerahkan dirinya pada satu ideal, satu idea atau cita-cita dan sesuatu yang sifatnya abstrak.
7.      kaum laki-laki itu biasanya muncul sebagai pemegang inisiatif, yang menjadi stimulans dan pengaruh bagi kemajuan.
8.      wanita bersifat lebih melindungi, memelihara dan mempertahankan diri.
9.      perbedaan laki-laki dan wanita itu terletak pada lebih kurang atau lebih banyaknya sifat-sifat sekondaritas, emosionalitas dan aktivitas dari fungsi-fungsi.
10.  pada umumnya wanita lebih merealisasikannya dengan respon-respon yang lebih kuat dan lebih intensif emosionil dari orang laki-laki. wanita pada umumnya membenci kehambaran dan sering menyesali kaum laki-laki, karena para pria ini lebih sukan berdiri diluar garis status quo.
11.  dibidang intelek wanita itu menunjukkan lebih banyak tanda-tanda emosionalitasnya. emosinya sangat kuat, ia tidak cepat berkecil hati. wanita juga sangat peka terhadap  nilai-nilai esthetis.
12.  wanita lebih banyak aktif dalam macam-macam kegiatan dan resolute yang tegas. antara kehidupan-kemauan dan aktivitasnya ada persesuaian yang harmonis. berbeda dengan para pria, yang masih selalu merasa terombang-ambing antara pilihan menolak dan menyetujui.
13.  pada pria ada garis pemisah yang lebih tegas dan lebih besar antara kehidupan psikis dengan kehidupan indriahnya, antara minat pribadi dengan tugas kewajibannya sehari-hari.
14.  wanita tidak menyukai atau membenci seseorang akan sangat cenderung untuk menolak, menghukum serta mengadili semua tingkah laku dan totalitas pribadi yang dibencinya itu.
15.  wanita itu lebih konsekwen dan lebih akurat daripada kaum laki-laki. para mahasiswi akan membuat catatan-catatan dan diktat-diktat perkuliahan yang lebih lengkap dan lebih teliti daripada mahasiswa-mahasiswa putera.
16.  pada waktu-waktu senggang, wanita itu lebih suka menyibukkan diri dengan pelbagai macam pekerjaan ringa. kaum pria lebih suka istirahat, tidur atau relaks seenak-enaknya.

maka perbedaan laki-laki dan wanita itu bukannya terletak pada adanya  perbedaan-perbedaan yang esensil daripada temperamen atau karakternya, akan tetapi pada perbedaan sususnan jasmaniahnya. juga ada perberdaan dalam tujuan hidup secara hakiki, dan perbedaan fungsi sosialnya atau fungsinya didalam masyarakat luas. dengan demikian Cuma terdapat perbedaan dalam nuance kwalitatifnya, dan bukan perbedaan secara kwantitatif.

Minggu, 24 April 2011

prosedur penyusunan program pembelajaran individual


Program pembelajaran individual disusun dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan  setiap siswa. Prosedur  yang ideal untuk mengembangkan  program pembelajaran individual dikemukakan Kitano and Kirbly (1986) memiliki lima aspek yaitu pembentukan tim PPI, menilai kebutuhan khusus anak, mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek, merancang metode dan prosedur pembelajaran dan menentukan evaluasi kemajuan anak. Masing-masing aspek akan dijelaskan sebagi berikut :
1.      Pembentukan Tim PPI
Langkah awal dalam penyusunan program pembelajaran individual adalah membentuk suatu tim yang disebut dengan tim PPI.  Tim PPI inilah kelak mempunyai tugas dan merancang dan menyusun suatu program pembelajaran . anggota tim perancang PPI, idealnya bersifat multi-disiplin dan terdiri dari orang-orang yang bekerja dan memiliki informasi untuk dapat dikembangkan lebih lanjutdidalam menyusun rancangan program secara komprehensif.  Secara umum anggota yang dimaksud dalam tim PPI adalah guru PLB, kepala sekolah, guru umum, orang tua, dan specialis lain (seperti : konselor, speech terapist, pediatris, dan psikolog). Dicantumkannya Guru reguler karena pada awal IEP diperuntukkan di sekolah reguler yang didalamnya terdapat anak luar biasa.
Untuk kondisis Indonesia tuntutan pembentukan tim seperti yang digambarkan akan mengalami kesulitan bahkan mungkin menjadai hambatan proses pelaksanaan pembelajaran individual. Untuk menghindari  hal seperti itu maka pembentukkan tim PPI yang dimaksud dalam buku ini anggotanya terdiri dari para guru bersama kepala sekolah  dan orang tua siswa  yang memiliki  komitmen terhadap pendidikan anak tuna grahita, pembentukkan tim yang terdiri dari para guru, kepala sekolah, dan orangtua tidak dapat mengurangi  makna penyusunan program, karena sesungguhnya merekalah yang sangat memahami seluk-beluk keberadaan anak tunagrahita.
Dalam proses pembentukkan tim PPI , kepala sekolah  merupaka ujung tombak . dalam tim itu, kepala sekolah memiliki posisi sebagai koordinator dan konsultan bagi para guru dan orangtua didalam mengemukakan pendapat dan temuannya.  Kepala sekolah, guru, dan orang tua duduk bersama untuk merembukkan dan mencari kesepakatan-kesepakatan serta solusi  atas program yang akan dan atau telah dirancang oleh guru.  Penelituan penulis (tentang study kasus mengenai penerapan PPI di SLB – C ), membuktikan bahwa pembentukkan PPI seperti  itu dapat dilakukan oleh guru , dan mereka nampak menunjukkan kemampuan untuk melakukan tugasnya dengan baik.  Sebagimana yang diakui mereka bahwa melalui PPI , program pembelajaran menjadi lebih realistis dibandingfkan dengan materi yang diambil langsung dari kurikulum, sekalipun di sisis lain para guru masih menunjukkan kesulitan didalam menyelaraskan antara urutan materi yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen dengan urutan materi yang telah disusun dalam kurikulum (E. Rochyadi, 2000)
Ada dua hal yang panting sebelum pembentukkan tim antara pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dengan orang tua yang harus disiapkan pihak sekolah:

Pertama : pihak  sekolah harus sudah menyiapkan gambaran umum masing-masing anak yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen , untuk dikonfirmasikan lebih lanjut kepada orangtua. Hal ini penting karena orang tua cenderung menganggap bahwa pihak sekolah lah (guru dan kepala sekolah)yang memahami segala kondisi putra-putrinya. Akibatnya para orangtua menjadi pasif untuk membantu memberikan latihan atau membantu pendidikan anak dirumahnya. Anggapan seperti itu keliru dan perlu dijelaskan pada mereka bahwa orangtua lah yang sesungguhnya memahami secara detil  tentang perilaku , kelemahan dan kemampuan putranya.informasi mengenai keberadaan kondisi anak dirumah , merupakan data penting bagi sekolah  dalam menindak lanjuti proses pembelajaran mereka. Hal lain yang perlu dipersiapkan adalah alasan-alasan kenapa perlu dibentuk tim PPI secara jelas dan rinci seperti ;  tujuan dan sasaran serta posisi orangtua didalam tim tersebut.
Kedua ; menyiapkan kuesioner mengenai harapan-harapan orangtua dan gambaran umum mengenai  putra-putrinya, sehingga diakhir pertemuan diharapkan dicapai kesepakatan-kesepakatan mengenai prioritas dan sasaran yang akan ditetapkan dalam PPI.

2.      Menilai kebutuhan
Menilai kekuatan dan kelemahan yang akan menjadi rujukan didalam menetapkan kebutuhan anak merupakan langkah awal dari tugas guru selaku tim PPI.  Informasi ini akan menjadi data penting dan pertama harus ditemukan untuk selanjutnya dikembangkan didalam merumuskan tujuan pembelajaran. Proses menenmukan kekuatan dan kelemahan tersebut merupakan penilaian penting yang diperoleh melalui hasil kerja asesmen .
Perolehan mengenai data tadi dapat dilakukan guru melalui kegiatan observasi , baik didalam maupun diluar kelas. Guru juga dapat meminta informasi anak didiknya dari orangtua. Data yang diperlukan meliputi riwayat hidup anak , kebiasaan-kebiasaan atau perilaku yanng ditunjukkan serta bantuan yang sering atau pernah dialkukan orangtua.
Untuk memudahkan data ini tim PPI hendaknya membuat instrument atau format isisan seperti; data riwayat hidup, perkembangan bahasa, motorik, perilaku.
3.      Menggembangkan tujuan pemmbelajaran
Didalam mengembangkan tujuan pembelajaran prosesnya dapat dilakukan melalui penyelarasan antara materi yang ada dalam kurikulum dengan temuan hasil asesmen. Posisi hasil asesmen mungkin akan diletakkan dibawah, ditengah atau diatas dari urutan materi yang terdapat dalam urutan kurikulum, hal ini akan tergantung pada kondisi dan kemampuan yang diperlihatkan oleh setiap anak. Dalam IEP tujuan pembelajaran itu dikenal dengan istilah tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Guru tidak perlu khawatir dengan penggunaan istilah itu. Guru dapat menggunakan istilah yang biasa dilakukan seperti tujuan instraksional umum (TIU) untuk jangka panjang, dan tujuan instraksional khusus (TIK) untuk jangka pendek. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan yang akan ditempuh dalam jangka waktu relatif panjang mungkin untuk satu semester atau untuk satu tahun. Sementara tujuan jangka pendek atau tujuan instraksional khusus , merupakan tujuan yang akan menuntut  terjadinya perubahan perilaku yang diharapkan dalam waktu relatif singkat. Untuk itu tujuan jangka pendek ini hendaknya dirumuskan secara spesifik, jelas, mudah diukur, dan bersifat kuantitatif. Artinya ; rumusan tujuan jangka pendek menuntut suatu pertanyaan yang jelas tentang perilaku yang diharapkan serta derajat keberhasilan yang dikehendaki. Melalui rumusan semacam itu akan memungkinkan guru dapat melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa secara lebih tepat dan akurat.
4.      Merancang metode dan prosedur pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dirancang dalam PPI hendaknya mampu menggambarkan bagaimana setiap tujuan pembelajaran itu akan dapat diselesaikan, serta bagaimana penilaian keberhasilan anak dalam mencapai tujuan penbelajaran tersebut. Proses pembelajaran mungkin dirancang dengan cara mengkelompokkan anak berdasarkan kondisi dan karakteristik materi yang akan dibelajarkan secara kooperatif, mungkin sangat heterogen dan dikelolah lebih bersifat individual. Proses pembelajaran secara kooperatif ini akan dikelolah guru sesuai kondisi dan situasi peserta didik yang dihadapinya. Perubahan strategi atau metode sangat mungkin terus terjadi. Untuk itu dalam mengelolah proses pembelajaran, kreatifitas guru menjadi sangat menentukan.
5.      Menentukan evaluasu kemajuan
Evluasi kemajuan belajar hendaknya mengukur derajat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam setiap tujuan jangka pendek atau tujuan instruksional khusus. Hal penting yang harus dicamkan dalam melakukan evaluasi keberhasilan siswa adalah melihat terjadinya perubahan perilaku pada diri siswa itu sendiri sebelum dan setelah diberikan perlakuan, dan bukan membandingkan keberhasilan tingkat pencapaian tujuan belajar yang dicapai dengan siswa lain yang ada dikelas itu. Metode evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, test secara tertulis, maupun lisan. Evaluasi keberhasilan itu harus dilakukan dari dua sisi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Kedua penilaian ini memiliki posisi dan kepentingan yang berbeda. Evaluasi proses pentingdalam kaitannya melakukan berbagai perubahan dalam strategi pembelajaran, sementara evaliasi hasil penting untuk melihat tingkat pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Laporan evaluasi kemajuan siswa hendaknya bersifat kualitatif sebab secara penilaian ini akan memberi gambaran secara nyata. Program bembelajaran individual hendaknya diperbaiki secara terus menerus. Perubahan itu hendaknya merujuk kepada pencapaian tujuan yang telah dan sedang diselesaikan. Serta temuan – temuan yang diperoleh berdasarkan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Perubahan ini kerap kali terjadi secara signifikan, dan jangan diartikan sebagai kegagalan, melainkan sebagai kemajuan program didalam melakukan perubahan – perubahan tujuan yang lebih positifdan realistis, sejalan dengan kebutuhan anak yang senantiasa berubah – ubah. Oleh karenanya PPI jangan dijadikan semacam kontrak yang sifatnya baku dan kaku, melainkan lentur dan sangat fleksibel. Jika perubahn itu memerlukan modifikasi yang relatif besar , maka hasil modifikasi itu hendaknya dikomunikasikan pada orang tua dalam pertemuan rutin Tim Ppi. Mengkomunikasikan pertemuan orangtua ini penting untuk memperoleh persetujuan dan mengakomodasi harapan baru, sekaligus mengkomunikasikan tugas-tugas yang baru dilakukan orangtua didalam membantu keberhasilan belajar anaknya .  

Rabu, 20 April 2011

teori pembelajaran kognitif


Pandangan para penganut teori belajar kognitif, kiranya dapat melengkapi pandangan para penganut teori belajar behavioristik. Para penganut teori belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku yang tidak tampak dapat pula dipelajari secara ilmiah , seperti pada perilaku yang tampak . perilaku yang tidak tampak merupakan proses  internal yang merupakan hasil kerja dari potensi psikis. Tergolong dalam teori belajar kognitif adalah teori pemrosesan informasi.
Dalam sistem pemrosesan informasi terkandung tiga unsur pokok yaitu fisis, fisiologis, dan psikis.
Unsur fisis adalah unsur eksternal , artinya unsur yang terdapat didalam luar diri pelaku pelajar . unsur tersebut berisi informasi atau pesan tertentu. Bentuknya merupakan obyek yang diamati oleh pelaku belajar. Obyek itu dapat berupa benda yang sebenarnya, dapat pula berupa lambang-lambang pesan. Bentuk lambang dapat berupa lambang visual , lambang suara maupun lambang lain yang dapat diindera.
Unsur fisiologis berupa organ tubuh yang berkaitan dengan proses  penerimaan , pengolahan dan mereaksi lambang pesan yang diterima. Termasuk dalam unsur fisiologis yaitu organ indera , seperti mata telinga, dan indera lain, organ tersebut berfungsi sebagai reseptor rangsangan dari luar. Syaraf indera berfungsi mengeluarkan rangsangan yang telah diterima oleh indera untuk diteruskan ke pusat pengolahan informasi.
Organ gerak berperan menyalurkan  rangsangan daari pusat pengolahan informasi ke organ tubuh untuk  dimanifestasikan dalam bentuk gerak atau perilaku. Unsur psikis merupakan potensi internal yang dapat berperan menunjang atau menghambat proses penerimaan  maupun pengolahan informasi.
Berhubung pemrosesan informasi dipengaruhi oleh tiga unsur , maka kualitas hasil pengolah informasi , sebagai hasil belajar dipengaruhi  oleh kualitas unsur tersebut. Kualitas unsur fisis terletak pada kejelasan unsur tersebut dalam menyajikan informasi atau pesan. Bila informasi disajikan dengan menggunakan lambang visual makalambang-lambang tersebut harus jelas dilihat, bila dengar, menggunakan lambang suara harus jelas didengar. Begitu juga dengan lambang-lambang lainnya.
Bagi unsur fisiologis kualitasnya ditentukan oleh kesempurnaan fungsi indera , syaraf, dan organ fisik yang digunakan untuk memanifestasikan respon. Kualitas psikis banyak dipengaruhi  oleh stabilitas mental , perhatian dan potensi psikis yang lain.
Dalam sistem pemrosesan informasi ada serangkaian komponen yang terlibat dalam kegiatan belajar. Masing-masing komponen terlibat secara terpadu dan fungsional untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pola kerjanya mengikuti pola kerja suatu sistem yaitu mentransformasi suatu masukan menjadi hasil tertentu. Berhubung tiap komponen terstruktur . komponen berikutnya , setelah ditransformasi oleh komponen kedua hasilnya akan menjadi komponen ketiga dan seterusnya sehingga diperoleh hasil akhir yang diharapkan.
Komponen-komponen yang terlibat dalam pemrosesan informasi adalah sebagi berikut :
1.      Lingkungan
2.      Reseptor
3.      Registor penginderaan
4.      Memori jangka pendek
5.      Memori jangka panjang
6.      Generator respon
7.      Harapan-harapan
8.      Kontrol eksekutif
9.      Efektor

Secara umum dapat dijelaskan bahwa pola kerja komponen-komponen tersebut adalah memproses atau mentransformasi masukan awal berupa informasi yang datang dari dari lingkungan yang hasilnya nanti harus dapat dimanifestasikan kembali ke lingkungan. Adapun proses kerjanya sebagai berikut;
Lingkungan merupakan sumber informasi , dari lingkungan pula kita memperoleh pengetahuan dan belajar tentang sesuatu. Informasi yang tersedia dalam lingkungan merupakan bahan masukan yang diterima individu lewat reseptor.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor adalah indera. Organ indera dapat pula diibaratkan sebagi jendela informasi individu terhadap lingkungannya. Ada lima indera yang dapat menjadi reseptor , masing-masing mempunyai kemampuan menerima informasi dari lingkungan yang disajikan dalam lambang-lambang tersebut. Bila informasi yang disajikan atau akan dipelajari disajikan atau tersedia dalam bentuk lambang visual , maka indra penglihatan yaitu mata berperan sebagi reseptor. Telinga merupakan reseptor informasi berbentuk suara atau bunyi, indra pengecap adalah reseptor untuk menerima rasa, hidung sebagai reseptor penerima informasi bau, indra taktil untuk informasi yang berupa kasar atau halusnya suatu benda. Hasil penginderaan berupa kesan-kesan tentang informasi atau obyek yang akan diamati, menjadi bahan masukan bagi komponen registor penginderaan. Dalam komponen ini beberapa kesan penginderaan misalnya kesan visual dan kesan auditif maupun kesan lain yang sejenis distruktur menjadi suatu konsep atau persepsi tentang suatu obyek.
Kesan penginderaan lain yang tidak relevan dan tidak berguna dalam pembentukan persepsi akan hilang dan tidak berpengaruh lagi. Konsep-konsep yang dihasilkan oleh register penginderaan selanjutnya adalah menjadi masukan untuk memori jangka pendek. Dalam komponen ini konsep-konsep yang dihasilkan oleh registor penginderaan diolah menjadi konsep yang lebih bermakna.
Proses pengolahan ini tidak berlangsung lama , kecuali beberapa konsep yang mengalami pengolahan lebih lama. Selebihnya akan dikeluarkan dan disimpan dalam memori jangka panjang. Jadi komponen ini semacam gudang penyimpanan informasi dalam waktu lama.
Dipengaruhi oleh harapan dan tujuan tertentu informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dapat dikeluarkan lagi bersama-sama dengan hasil pengolahan informasi jangka pendek masuk kedalam Generator respon. Dalam komponen ini dirancang bentuk respon atau njawaban yang akan diberikan .
Penyusunan rancangan reksi ini dipengaruhi oleh kontrol eksekutif, yang berfungsi untuk mengatur pola-pola reaksi. Dari generator respon rancangan reaksi diterima oleh efektor, yaitu organ-organ fisik yang akan memanifestasikan rancangan respon menjadi perilaku yang dapat diamati.
 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siklus pemrosesan informasi diawali dari bahan-bahaninformasi yang berada dilingkungannya, kemudian di transformasikan oleh berbagai komponen internal yang hasilnya dimanifestasikan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati oleh lingkungannya.
Bila dikaitkan dengan kegiatan belajar respon yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku tersebut dapat diberikan umpan balik, sehingga pelaku belajar dapat mengetahui tepat atau tidaknya hasil belajar yang dilakukannya.